PENDAHULUAN
Kesatuan
Organisasi Serbaguna Gotong Royong atau yang lebih dikenal dengan nama KOSGORO
yang dirintis dan didirikan oleh Mas Isman dengan kawan-kawan ex. Anggota TRIP
Jatim bukan tidak menglamai jerih payah kucuran keringat pengorbanan tenaga dan
pikiran, bahkan banyak sekali halangan serta rintangan yang harus dihadapi, dan
sekarang sudah dengan tegar dan berkembang menjadi organisasi kemasyarakatan
independen yang terpandang, sekaligus menjadi asset nasional.
KOSGORO yang mempunyai misi Rahmattan
Lilalamin selalu mengajak dan menghimpun ukhuwah-ukhuwah, ukhuwah
wathoniah-ukhuwah basaaliah. Bentuk persaudaraan itu dapat diharapkan untuk
merapatkan barisan agar persatuan kader-kader dan warga KOSGORO lebih yakin
menghadapi tantangan kapanpun darimanapun datangnya. Yang berat adalah mencegah
timbulnya disintegrasi ke dalam atau internasional friction yang membahayakan
KOSGORO.
BAB
II
PERMASALAHAN
Dalam
hal ini penulis merumuskan masalah sebagai batasan-batasan masalah yang akan
dibahas pada BAB III atau Pembahasan berkaitan dengan “Kilas Balik Perjuangan
Alm. Mas Isman sebagai Pelopor Berdirinya Kosgoro”. Adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1.1 2.1
Bagaimana kronologi berdirinya
KOSGORO dan perjuangan Mas Isman dalam
Mendirikan
Organisasi Tersebut?
Organisasi Tersebut?
1.2 2.2 Apa landasan (Paham/Pandangan)
Mas Isman dalam mendirikan organisasi tersebut?
1.3
2.3 Bagaimana Mas Isman dalam
memimpin organisasi yang didirikannya
tersebut?
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Kosgoro dan Perjuangan Mas Isman
Sebagai Pelopor Berdirinya
Dalam Perang
Kemerdekaan, tahun 1945-1950, berbagai unsur bangsa, turut ambil bagian pada
posisi terdepan. Dalam aksi mepertahankan kemerdekaan, berlangsung perang
perlawanan terhadap Tentara Kolonial, yang datang di bawah Komando Tentara
Sekutu ke Indonesia, menggantikan posisi Balatentara Dai Nippon yang dipaksa
menyerah, karena kalah perang. Di antara kekuatan perlawanan terdapat Satuan
Tentara Pelajar, khususnya di kota Surabaya.
Dalam perang di kota
Surabaya, pada Nopember tahun 1945 itu, adalah sekelompok pelajar, yang
sebagian besar dari SMT (Sekolah Menengah Tinggi) Surabaya, dibawah pimpinan
Mas Isman membentuk satuan pemuda pelajar pejuang dengan nama TRIP (Tentara
Republik Indonedia Pelajar) Jawa Timur. Sebagai satuan perang melawan penjajah,
TRIP Jawa Timur berperang mati-matian mengusir penjajah yang kembali hendak
menguasai Indonsia, yang telah diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta,
tanggal 17 Agustus 1945.
Menurut catatan sejarah
dari berbagai sumber, ada 33 Pejuang Anggota TRIP Jawa Timur yang turut
menandatangani pembentukan KOSGORO itu terdiri dari : Ir. A. O. Wijarso,
Abdullah Kusrin, Arie Arismunandar, Drs. Bambang Sentanu, Dicky Mudhanu, Drs.
Gempa Suyono, Hasan Hafid Saleh, Drs. Hutomo Said Hidayat, Drs. Imam Sukardjo,
Yubiadi Partodirdjo, S. Kasnowidjojo, Mas Isman, Putranto, Prio Sanyoto, Rudy
Lamingat, Bendol Edardono, Susilo, Sukarman, Subiyakto, SH, MW. Soedarto (Darto
Perang), Sukamto Sayidiman, Bebek Sudianto, Dr. Sardjito, Sutopo Sri Sadono,
Tamun Widjajadi, Warsono, Suwarso (Waritjo), Kustur PSY, Dr. Warno Supono, Drs.
Sudjoko, Drs. Pongky Supangkat. Sulman Sandjojo dan Sujono DK (Djoko Dingklik).
Dengan begitu, KOSGORO
didirikan pada tanggal 10 Nopember 1957, di Jakarta oleh 33 (tiga puluh tiga)
Pejuang Kemerdekaan yang tergabung dalam TRIP JAWA TIMUR Pimpinan Mas Isman,
yang pada awalnya sebagai KoperasiSimpan pinjam Gotong Royong,
yang kemudian berubah menjadi Koperasi Serba usaha Gotong
Royongdengan
filosofi menanam terdepan dan memetik yang
terakhir.Hasil Musyawarah Besar
(Mubes) 1966 di Semarang oleh Jendral Soeharto (Mantan Presiden RI) untuk
menjadi kesatuan organisasi serba guna gotong royong yang memiliki dua sayap
yakni politik dan ekonomi.
Setelah
mereka mendirikan Kosgoro pada tahun 1957 sebagai Organisasi perjoangan baru,
untuk membuktikan komitmen dan krenteg untuk tetap mengabdi kepada Bangsa dan
Negara. Mas Isman sebagai eks Komandan TRIP berujar; …"Mari beralih dari
Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan".Dilingkungan pemuda pada
umumnya, para eks tentara pelajar dan pemuda pejuang pada khususnya, beliau
dikenal sebagai tokoh berwibawa, diterima secara luas, selalu bersifat terbuka,
dan menunjukkan ciri sebagai seorang democrat yang baik. Dikalangan para
generasi muda, beliau dikenal sebagai seorang Pembina yang sabar, bersikap
edukatif, persuasive, dan berpandangan jauh kedepan. Tak salah kalau Mas
Bambang Soeharto di dalam sambutan selaku Ketua Dewan Penasehat Kosgoro, dalam
resepsi Ultah ke 53 tgl 10 Nopember di Jl. Teuku Cikditiro 34, mengatakan bahwa
lahirnya Kosgoro yang yang ingin menguji 'krenteg'para pejuang '45 untuk
berkiprah dalam pembangunan karena 'tidak kerasan' dalam situasi pergolakan
politik dan intrik diantara kesatuan bersenjata dewan banteng, dewan gadjah dan
seterusnya, "Kosgoro bukan pengekor, tapi harus menjadi pelopor".
3.2 Paham Serta Pandangan Mas Isman Mengenai Organisasi
yang Didirikannya
Melihat aktualisasi pelaksanaan
Demokrasi pasca reformasi sekarang dimana terlihat adanya gap antara das
solen dan das sein maka apa yang terjadi pada sekitar tahun '51 sd
'57 saat pergolakan politik menjelang kelahiran Kosgoro, hampir sama, karena
kurangnya komunikasi politik antara Parpol dan Ormas sehingga terjadinya
'diskrepansi' antara lembaga politik dengan realitas politik. Lembaga
politik sebagai kekuatan supra struktur terlalu dominan, sehingga sangat
mengganggu berjalannya aspirasi masyarakat dan tidak tertampungnya secara
genuine ide-ide pembangunan masyarakat. Terjadilah pemborosan SDM, SDA,
potensi maupun dana yang tergerus untuk kepentingan politik, tetapi tidak
membawa kemaslahatan kepada rakyat kecil. Contoh sederhana adalah pelaksanaan
"pilkada" yang justru melenceng kearah penggunaan demokrasi secara
tidak terkontrol karena terjadinya manipulasi dan money politic.
Fenomena gonjang ganjing politik semasa Orde baru di kritisi oleh Mas
Isman agar warna 'kekaryaan' tetap taat azas seperti kelahiran Sekber
Golkar terdahulu sebagaimana analisis di bawah ini:
Pertama, pandangan Mas Isman
terhadap perlunya kekuatan baru untuk menampung 'kekaryaan' dari kekuatan non
Abri (baca; TNI), dan golongan afilisasi lainnya, sebenarnya bukanlah dimaksud
sebagai reprentasi dari Partai Golkar sekarang, tetapi lebih dimaksudkan kepada
usaha mengamalkan dan mengembangkan karya-karya kemasyarakatan secara
demokratis. Pembinaan demokrasi sesungguhnya tidak mutlak hanya diberikan
kepada Parpol, akan tetapi juga secara adil dipangku oleh Ormas kebangsaan,
Ormas lainnya, sebagai pertanggung jawaban golongan-golongan terhadap
perjalanan demokrasi. (yang dimaksudkan golongan karya (kecil) bukanlah
Golongan Karya (besar) yang berkonotasi politik tertentu sebagaimana dijelaskan
di dalam Pedoman Perjuangan Kosgoro).
Kedua, Pandangan Mas Isman terhadap
pentingnya pemeliharaan dan penciptaan iklim politik yang stabil dan
konstruktif, dalam rangka kontinuitas pembangunan, dalam kehidupan nasional.
Tradisi perjuangan yang merupakan rantai perjalanan kebangsaan dari angkatan
'28, angkatan '45, angkatan '66 serta angkatan reformasi, sekarang ini
kehilangan 'greget' karena seolah-olah terpisah satu sama lain.
Ketiga, pandangan Mas Isman terhadap
kepemimpinan adalah lahirnya seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dan bisa
menangkap getaran jiwa rakyat, khususnya pada masyarakat terbesar bangsa ini
yaitu para petani.. Dengan tidak adanya komunikasi yang intens terhadap rakyat
dan pemimpinnya, maka akan terjadi disharmoni dan jurang yang dalam diantara
keduanya. Pemimpin tidak tahu aspirasi rakyat, selanjutnya rakyat tidak tahu
apa yang dikehendaki pemimpin. Kekuasaan yang sejatinya diikhlaskan oleh rakyat
di dalam proses demokrasi, dalam prakteknya berobah menjadi kelaliman. Yang
memimpin minta dijunjung, yang dipimpin malah terbebani.
Keempat, pandangan Mas Isman terhadap
'kegotong royongan'.Jiwa dan pengertian gotong royong, membawa Bangsa ini
kepada pengertian yang bersatu, kekeluargaan dan saling tolong menolong; yang
kuat membantu yang lemah dan atau sebaliknya, yang lemah meminta bantuan kepada
yang kuat, yang pintar membantu yang kurang pintar atau sebaliknya, yang kaya
membantu yang miskin atau sebaliknya, Yang kuasa melindungi yang tidak kuasa
atau sebaliknya. Pergaulan dalam pengertian hal diatas, dikenal dengan sebutan
"Ojo dumeh", yang artinya, janganlah kita mentang-mentang berkuasa,
mentang-mentang kaya, mentang-mentang pintar, lantas kita berbuat sekehendak
hati pada orang lain.
Apa yang
dicita-citakan mas Isman dalam konteks kegotong royongan di atas untuk membawa
Negara bangsa ini kepada kehidupan lebih baik, bersatu, bersifat kekeluargaan
dan mantaati Pancasila secara konsekwen, ternyata jauh panggang dari api.
Dengan kekuasaan yang semena-mena, BUMN Krakatau Stell, yang diperjuangkan
dengan susah payah oleh Bung karno ternyata di jual ke pasar modal, 35 % saham
di jual ke- pihak asing. Bukankah ini bertentangan dengan pasal 33 UUD '45 yang
menyatakan bahwa seluruh hasil bumi, air dan udara di gunakan sebesar-besar
kemakmuran rakyat? Namun, apa yang terjadi pada BUMN strategis Krakatau Stell
dewasa ini? ternyata Hendri Saparini menguak tabir di Kompas 15 nopember
2010, bahwa sekarang kepemilikan PT 'KS' hanya 30 % dan Posco 70% sebuah
perusahaan dari Korea Selatan. Akankah rakyat 'menangis' tanpa bisa berbuat
apa-apa?
Kelima, pandangan Mas Isman terhadap
Pahlawan Bangsa, perintis kemerdekaan dan seluruh rakyat yang telah memberikan
segala-galanya demi kemerdekaan. Jadikanlah pengorbanan mereka sebagai
pengingat dan penghati-hati di dalam menjalankan misi perjoangan yang belum
selesai - - karena pengorbanan rakyat demikian besarnya terhadap perjoangan
bangsa, hendaknya selalu dipupuk sikap rendah hati luwes dalam penampilan namun
tetap tegas dalam berpegang pada prinsip-prinsip perjoangan. Jangan sekali-kali
menyakiti hati rakyat, jangan angkuh dan suka menakut-nakuti rakyat.
3.3 Model
Kepemimpinan Mas Isman
Sebenarnya
model kepemimpinan yang bagaimana yang diperankan oleh Mas Isman di dalam
kiprah perjoangannya sejak dari Pendiri TKR Pelajar Surabaya tahun 1945,
Komandan Trip, Duta besar, Asisten VI Pangab berpangkat Mayjen, serta Ketua
Umum Kosgoro?
Model
Kepemimpinan situasional. Teori ini memiliki kecenderungan terhadap dua hal
yaitu konsiderasi dan inisiasi. Konsiderasi merupakan
kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan,
seperti membela dan memberi masukan kepada bawahan. Sedangkan inisiasi,
merupakan kecenderungan pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan,
dipengaruhi oleh adanya mekanisme kerja yang terstruktur di dalam pelaksanaan
tugas.
Mas Isman
seorang yang mempunyai pendirian yang kuat tetapi sangat loyal kepada
atasannya, kawan-kawannya dan bawahannya (anggota KOSGORO). Dia sangat
menyenangkan dalam pergaulan (mungkin karena dia orang Jawa Timua),
kepeduliannya sangat tinggi pada kawan. Pada saat menerima misi Gatot Subroto,
sewaktu menjadi Duta Besar di Muangthai, tidak sedikit memberikan bantuan pada
koleganya.
Mas Isman
bukan hanya meninggalkan nama, tetapi meninggalkan sesuatu yang kongkrit dalam
upayanya setelah pensiun dari TNI, lepas dari permasalahan yang ada mungkin
tidak bisa dihindari, peninggalan itu riil yaitu gedung KOSGORO, adanya hotel
ELMI, dan lain sebagainya.
Mas Isman
tidak memperhatikan kesehatannya sama sekali, dia jatuh bangun dan terus
berjuang.
Semasa
hidupnya di- rumah kediaman jalan Cikditiro 34, semua tamu dan teman-teman
seperjuangan diterima dengan baik, bahkan pengurus Kosgoro dari daerah bisa
langsung bertemu dikamar beliau tanpa aturan protokoler. Almarhum sangat
memperhatikan keadaan keluarga, sangat akrab kepada anak buah terutama kepada
mereka yang masih lemah kehidupan ekonominya. Dalam pengelolaan manajemen
organisasi, fungsi serta tanggung jawab tugas, dilakukan secara terbuka dan
akuntabel. Penempatan pengurus dibahas secara objektif sesuai dengan kemampuan
dan latar belakang pendidikannya.
Model
kepemimpinan transformative. Teori Transformasional oleh Burns (1978),
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya untuk melakukan
tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan, Mereka harus mampu
mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan
bawahan harus menerima dan kredibilitas pemimpinnya. Menurut Bass (1988),
seorang pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik, dan
merupakan peran sentral membawa organisasi mencapai tujuan.
Dalam
buku Peran Historis Kosgoro oleh Ramadhan KH, Suhardiman selaku ketua Umum
SOKSI berpendapat bahwa dibawah kepemimpinan Mas Isman berhasil meng-integrasikan
kekuatan Tri Karya (Kosgoro, Soksi, MKGR) sebagai pilar utama Golkar. Walaupun
dalam format tersebut ada pilar A(bri) B(irokrat) namun pilar O(organisasi
dalam Golkar) terutama Tri karya masih dominan mewarnai perjalanan Golongan
Karya. Disorganisasi terjadi secara faktual setelah terjadinya pengendalikan
Golkar diluar paham 'kekaryaan' sebagaimana dimaksudkan para pendiri. Tiga
kekuatan paham tersebut adalah HMI (personifikasi Abdul Gafur), Sosialis
(Midian Sirait), Katolik (Cosmas Batubara).
Semua
yang dikerjakan Mas Isman sangat monumental, tetapi apakah kepemimpinan Kosgoro
setelah 28 tahun pasca Mas Isman, masih melahirkan kepemimpinan situasional dan
transformasional, yang juga memiliki serangkaian kompetensi yang bersifat
antisipatif, cepat dan komunikatif? Di dalam era perubahan dan era globalisasi
sekarang, nampaknya sebuah organisasi kemasyarakatan harus mampu menerjemahkan
visi, misi baru untuk berkompetisi secara sehat dan inovatif. Seperti pesan Mas
Isman sebelum wafat, kalian janganlah seperti bebek-bebek kalau suatu saat saya
sudah tiada. Atau benarkah sinyalemen James F. Bolt (2009), bahwa telah terjadi
krisis pengembangan kepemimpinan, karena para pemimpin kita memang missing
in action?.
Selasa,
14 Desember 1982, jenazah Mas Isman yang seharusnya di makamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata, atas permintaan keluarga, dikebumikan di Pemakaman Umum
Tanah Kusir, agar lebih dekat dengan rakyatnya. Rencana ibadah Umroh nyaris
terlaksana seandainya Alkhalik tidak memanggilnya segera tgl 12 desember 1982,
jam 02.12, kembali ke rahmatullah dengan tenang di RS Dr. Soetomo Surabaya.
Suasana haru yang menggayut para pelayat semakin diliputi rasa haru yang dalam
ketika jenazah di semayamkan di Jl. Cikditiro 34, di rumah kediaman almarhum.
Jenderal
Surono, selaku Menko Kesra mewakili Pangab/Menhamkam M. Yusuf, bertindak
sebagai Inspektur Upacara. Mengikuti upacara yang berlangsung khidmat, dalam
pidatonya Surono mengemukakan bahwa almarhum Mas Isman adalah seorang Tokoh
Pejuang Nasional, baik pada masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan selaku
komandan Trip di Jawa Timur, maupun dalam masa pembangunan dewasa ini, selaku
Ketua Umum Kosgoro. Figur Mas Isman termasuk salah seorang pejuang yang berani,
ulet dan tekun dalam mencapai cita-cita perjuangan. Almarhum berani mengatakan
yang salahterhadap apa yang disadarinya sebagai suatu kesalahan, dan berani
pula mengatakan benar, apa yang dianggap benar.
Semoga
KOSGORO selalu sukses dalam mendidik kader-kader yang mandiri, berkepribadian
kuat, yang mengerti nikmatnya kehidupan demokrasi dan yang sanggup dengan
kekuatan-kekuatan lain untuk membawa bangsa Indonesia ke masa depan yang
sempurna.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Organisasi
KOSGORO yang didirikan dan dipelopori oleh seorang pemimpin luar biasa yakni
Mas Isman tidak langsung jadi besar seperti sekarang ini. Semuanya melalui
perjuangan yang luar biasa dengan berbagai kekuatan tenaga serta pikiran yang
cemerlang dan hati yang tulus tanpa pamrih, serta bijaksana. Didirikan dengan
dasar Visi dan Misi yang cukup kuat serta doktrin Tridharma yang hebat.
4.2 Saran
Walaupun
Mas Isman telah tiada namun guidance yang ditinggalkan cukup mampu
menyelamatkan pandangan, perjuangan dan pegangan hidup KOSGORO, untuk segala
situasi dan kondisi. Tridharma yang dijadikan doktrin sekaligus roh (jiwa)
KOSGORO bagi anggotanya merupakan senjata ampuh untuk menghadapi
kendala-kendala yang kurang sehat, apapun risikonya. Visi dan Misi serta
doktrin daripada Organisasi Kosgoro akan tetap tak bernilai tanpa implementasi
dalam kehidupan nyata. Dibutuhkan realisasi sikap agar Organisasi Kosgoro dapat
memberikan manfaat yang riil bagi masyarakat sekitar sebagai bentuk sikap dalam
meneruskan perjuangan “Mas Isman”.
BIODATA PENULIS
1. Nama : Oman Mansyur
NPM : 201042035
Kelas : Karyawan
Jurusan : Manajemen
Tempat,
tanggal lahir : Jakarta, 17 Juli
1973
Alamat : Jl. Rawa Bola
No. 108 RT 004 RW 07
Kelapa Dua Wetan Ciracas Jaktim
Hobi : Olah Raga
Email :
oman.mansyur@yahoo.com
2. Nama : Retna
Rindayani
NPM : 201042017
Kelas : Karyawan
Jurusan : Manajemen
Tempat,
tanggal lahir : Cilacap, 08
Januari 1992
Alamat : Komplek
Inerbang Jln. Swadaya I
No.105 RT 10/03, Batu Ampar
Kramat Jati-Jakarta Timur
No.105 RT 10/03, Batu Ampar
Kramat Jati-Jakarta Timur
Hobi : Menonton
TV & Membaca
Email :
retna_rindayani@yahoo.com
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar,
Moh. 2000. Kosgoro Akan Dibawa Kemana.
Media Kosgoro: Tantangan Kosgoro Di Masa Depan. Edisi: 47. Hal: 18
Media
Kosgoro. Bintang Maha Putra Utama untuk Mas Isman. Edisi 27 Hal 6.
Drs. HM. Djonharro. 2011. Mencermati Pedoman Perjuangan Kosgoro 1957. Di sadur dari http://kosgoro1957.net/2011/04/mencermati-pedoman-perjoangan-kosgoro-1957/. Diakses pada hari Jum’at pukul 15.15 WIB.
Drs. HM. Djonharro. 2011. Kosgoro 1957 Garda Depan Pengalaman Dan Pengamanan Pancasila. Di
sadur dari http://kosgoro1957.net/2011/06/aburizal-bakrie-kosgoro-1957-garda-depan-pengamalan-dan-pengamanan-pancasila/. Diakses pada hari Jum’at pukul 16.45 WIB.
terima kasih karena telah membantu tugas saya.
BalasHapusJaenal Abidin
mahasiswa kosgoro