KILAS BALIK PERJUANGAN Alm. MAS ISMAN SEBAGAI PELOPOR BERDIRINYA KOSGORO

by 02.33 1 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong atau yang lebih dikenal dengan nama KOSGORO yang dirintis dan didirikan oleh Mas Isman dengan kawan-kawan ex. Anggota TRIP Jatim bukan tidak menglamai jerih payah kucuran keringat pengorbanan tenaga dan pikiran, bahkan banyak sekali halangan serta rintangan yang harus dihadapi, dan sekarang sudah dengan tegar dan berkembang menjadi organisasi kemasyarakatan independen yang terpandang, sekaligus menjadi asset nasional.
          KOSGORO yang mempunyai misi Rahmattan Lilalamin selalu mengajak dan menghimpun ukhuwah-ukhuwah, ukhuwah wathoniah-ukhuwah basaaliah. Bentuk persaudaraan itu dapat diharapkan untuk merapatkan barisan agar persatuan kader-kader dan warga KOSGORO lebih yakin menghadapi tantangan kapanpun darimanapun datangnya. Yang berat adalah mencegah timbulnya disintegrasi ke dalam atau internasional friction yang membahayakan KOSGORO.
          
BAB II
PERMASALAHAN

Dalam hal ini penulis merumuskan masalah sebagai batasan-batasan masalah yang akan dibahas pada BAB III atau Pembahasan berkaitan dengan “Kilas Balik Perjuangan Alm. Mas Isman sebagai Pelopor Berdirinya Kosgoro”. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.1           2.1  Bagaimana kronologi berdirinya KOSGORO dan perjuangan Mas Isman dalam Mendirikan
     Organisasi Tersebut?
1.2           2.2  Apa landasan (Paham/Pandangan) Mas Isman dalam mendirikan organisasi tersebut?
1.3           2.3  Bagaimana Mas Isman dalam memimpin organisasi yang didirikannya
tersebut?
BAB III
PEMBAHASAN
3.1     Kosgoro dan Perjuangan Mas Isman Sebagai Pelopor Berdirinya
Dalam Perang Kemerdekaan, tahun 1945-1950, berbagai unsur bangsa, turut ambil bagian pada posisi terdepan. Dalam aksi mepertahankan kemerdekaan, berlangsung perang perlawanan terhadap Tentara Kolonial, yang datang di bawah Komando Tentara Sekutu ke Indonesia, menggantikan posisi Balatentara Dai Nippon yang dipaksa menyerah, karena kalah perang. Di antara kekuatan perlawanan terdapat Satuan Tentara Pelajar, khususnya di kota Surabaya.
Dalam perang di kota Surabaya, pada Nopember tahun 1945 itu, adalah  sekelompok pelajar, yang sebagian besar dari SMT (Sekolah Menengah Tinggi) Surabaya, dibawah pimpinan Mas Isman membentuk satuan pemuda pelajar pejuang dengan nama TRIP (Tentara Republik Indonedia Pelajar) Jawa Timur. Sebagai satuan perang melawan penjajah, TRIP Jawa Timur berperang mati-matian mengusir penjajah yang kembali hendak menguasai Indonsia, yang telah diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, tanggal 17 Agustus 1945.
Menurut catatan sejarah dari berbagai sumber, ada 33 Pejuang Anggota TRIP Jawa Timur yang turut menandatangani pembentukan KOSGORO itu terdiri dari : Ir. A. O. Wijarso, Abdullah Kusrin, Arie Arismunandar, Drs. Bambang Sentanu, Dicky Mudhanu, Drs. Gempa Suyono, Hasan Hafid Saleh, Drs. Hutomo Said Hidayat, Drs. Imam Sukardjo, Yubiadi Partodirdjo, S. Kasnowidjojo, Mas Isman, Putranto, Prio Sanyoto, Rudy Lamingat, Bendol Edardono, Susilo, Sukarman, Subiyakto, SH, MW. Soedarto (Darto Perang), Sukamto Sayidiman, Bebek Sudianto, Dr. Sardjito, Sutopo Sri Sadono, Tamun Widjajadi, Warsono, Suwarso (Waritjo), Kustur PSY, Dr. Warno Supono, Drs. Sudjoko, Drs. Pongky Supangkat. Sulman Sandjojo dan Sujono DK (Djoko Dingklik).
Dengan begitu, KOSGORO didirikan pada tanggal 10 Nopember 1957, di Jakarta oleh 33 (tiga puluh tiga) Pejuang Kemerdekaan yang tergabung dalam TRIP JAWA TIMUR Pimpinan Mas Isman, yang pada awalnya sebagai KoperasiSimpan pinjam Gotong Royong, yang kemudian berubah menjadi Koperasi Serba usaha Gotong Royongdengan filosofi menanam terdepan dan memetik yang terakhir.Hasil Musyawarah Besar (Mubes) 1966 di Semarang oleh Jendral Soeharto (Mantan Presiden RI) untuk menjadi kesatuan organisasi serba guna gotong royong yang memiliki dua sayap yakni politik dan ekonomi. 
            Setelah mereka mendirikan Kosgoro pada tahun 1957 sebagai Organisasi perjoangan baru, untuk membuktikan komitmen dan krenteg untuk tetap mengabdi kepada Bangsa dan Negara. Mas Isman sebagai eks Komandan TRIP berujar; …"Mari beralih dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan".Dilingkungan pemuda pada umumnya, para eks tentara pelajar dan pemuda pejuang pada khususnya, beliau dikenal sebagai tokoh berwibawa, diterima secara luas, selalu bersifat terbuka, dan menunjukkan ciri sebagai seorang democrat yang baik. Dikalangan para generasi muda, beliau dikenal sebagai seorang Pembina yang sabar, bersikap edukatif, persuasive, dan berpandangan jauh kedepan. Tak salah kalau Mas Bambang Soeharto di dalam sambutan selaku Ketua Dewan Penasehat Kosgoro, dalam resepsi Ultah ke 53 tgl 10 Nopember di Jl. Teuku Cikditiro 34, mengatakan bahwa lahirnya Kosgoro yang yang ingin menguji 'krenteg'para pejuang '45 untuk berkiprah dalam pembangunan karena 'tidak kerasan' dalam situasi pergolakan politik dan intrik diantara kesatuan bersenjata dewan banteng, dewan gadjah dan seterusnya, "Kosgoro bukan pengekor, tapi harus menjadi pelopor".

3.2     Paham Serta Pandangan Mas Isman Mengenai Organisasi yang Didirikannya
          Melihat aktualisasi pelaksanaan Demokrasi pasca reformasi sekarang dimana terlihat adanya gap antara das solen dan das sein maka apa yang terjadi pada sekitar tahun '51 sd '57 saat pergolakan politik menjelang kelahiran Kosgoro, hampir sama, karena kurangnya komunikasi politik antara Parpol dan Ormas sehingga terjadinya 'diskrepansi' antara lembaga politik dengan realitas politik. Lembaga politik sebagai kekuatan supra struktur terlalu dominan, sehingga sangat mengganggu berjalannya aspirasi masyarakat dan tidak tertampungnya secara genuine ide-ide pembangunan masyarakat. Terjadilah pemborosan SDM, SDA, potensi maupun dana yang tergerus untuk kepentingan politik, tetapi tidak membawa kemaslahatan kepada rakyat kecil. Contoh sederhana adalah pelaksanaan "pilkada" yang justru melenceng kearah penggunaan demokrasi secara tidak terkontrol karena terjadinya manipulasi dan money politic. Fenomena  gonjang ganjing politik semasa Orde baru di kritisi oleh Mas Isman  agar warna 'kekaryaan' tetap taat azas seperti kelahiran Sekber Golkar terdahulu sebagaimana  analisis di bawah ini:
Pertama, pandangan Mas Isman terhadap perlunya kekuatan baru untuk menampung 'kekaryaan' dari kekuatan non Abri (baca; TNI), dan golongan afilisasi lainnya, sebenarnya bukanlah dimaksud sebagai reprentasi dari Partai Golkar sekarang, tetapi lebih dimaksudkan kepada usaha mengamalkan dan mengembangkan karya-karya kemasyarakatan secara demokratis. Pembinaan demokrasi sesungguhnya tidak mutlak hanya diberikan kepada Parpol, akan tetapi juga secara adil dipangku oleh Ormas kebangsaan, Ormas lainnya, sebagai pertanggung jawaban golongan-golongan terhadap perjalanan demokrasi. (yang dimaksudkan golongan karya (kecil) bukanlah Golongan Karya (besar) yang berkonotasi politik tertentu sebagaimana dijelaskan di dalam Pedoman Perjuangan Kosgoro).
Kedua, Pandangan Mas Isman terhadap pentingnya pemeliharaan dan penciptaan iklim politik yang stabil dan konstruktif, dalam rangka kontinuitas pembangunan, dalam kehidupan nasional. Tradisi perjuangan yang merupakan rantai perjalanan kebangsaan dari angkatan '28, angkatan '45, angkatan '66 serta angkatan reformasi, sekarang ini kehilangan 'greget' karena seolah-olah terpisah satu sama lain. 
Ketiga, pandangan Mas Isman terhadap kepemimpinan adalah lahirnya seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dan bisa menangkap getaran jiwa rakyat, khususnya pada masyarakat terbesar bangsa ini yaitu para petani.. Dengan tidak adanya komunikasi yang intens terhadap rakyat dan pemimpinnya, maka akan terjadi disharmoni dan jurang yang dalam diantara keduanya. Pemimpin tidak tahu aspirasi rakyat, selanjutnya rakyat tidak tahu apa yang dikehendaki pemimpin. Kekuasaan yang sejatinya diikhlaskan oleh rakyat di dalam proses demokrasi, dalam prakteknya berobah menjadi kelaliman. Yang memimpin minta dijunjung, yang dipimpin malah terbebani.
Keempat, pandangan Mas Isman terhadap 'kegotong royongan'.Jiwa dan pengertian gotong royong, membawa Bangsa ini kepada pengertian yang bersatu, kekeluargaan dan saling tolong menolong; yang kuat membantu yang lemah dan atau sebaliknya, yang lemah meminta bantuan kepada yang kuat, yang pintar membantu yang kurang pintar atau sebaliknya, yang kaya membantu yang miskin atau sebaliknya, Yang kuasa melindungi yang tidak kuasa atau sebaliknya. Pergaulan dalam pengertian hal diatas, dikenal dengan sebutan "Ojo dumeh", yang artinya, janganlah kita mentang-mentang berkuasa, mentang-mentang kaya, mentang-mentang pintar, lantas kita berbuat sekehendak hati pada orang lain. 
Apa yang dicita-citakan mas Isman dalam konteks kegotong royongan di atas untuk membawa Negara bangsa ini kepada kehidupan lebih baik, bersatu, bersifat kekeluargaan dan mantaati Pancasila secara konsekwen, ternyata jauh panggang dari api. Dengan kekuasaan yang semena-mena, BUMN Krakatau Stell, yang diperjuangkan dengan susah payah oleh Bung karno ternyata di jual ke pasar modal, 35 % saham di jual ke- pihak asing. Bukankah ini bertentangan dengan pasal 33 UUD '45 yang menyatakan bahwa seluruh hasil bumi, air dan udara di gunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat? Namun, apa yang terjadi pada BUMN strategis Krakatau Stell dewasa ini?  ternyata Hendri Saparini menguak tabir di Kompas 15 nopember 2010, bahwa sekarang kepemilikan PT 'KS' hanya 30 % dan Posco 70% sebuah perusahaan dari Korea Selatan. Akankah rakyat 'menangis' tanpa bisa berbuat apa-apa?
Kelima, pandangan Mas Isman terhadap Pahlawan Bangsa, perintis kemerdekaan dan seluruh rakyat yang telah memberikan segala-galanya demi kemerdekaan. Jadikanlah pengorbanan mereka sebagai pengingat dan penghati-hati di dalam menjalankan misi perjoangan yang belum selesai - - karena pengorbanan rakyat demikian besarnya terhadap perjoangan bangsa, hendaknya selalu dipupuk sikap rendah hati luwes dalam penampilan namun tetap tegas dalam berpegang pada prinsip-prinsip perjoangan. Jangan sekali-kali menyakiti hati rakyat, jangan angkuh dan suka menakut-nakuti rakyat.

3.3     Model Kepemimpinan Mas Isman
Sebenarnya model kepemimpinan yang bagaimana yang diperankan oleh Mas Isman di dalam kiprah perjoangannya sejak dari Pendiri TKR Pelajar Surabaya tahun 1945, Komandan Trip, Duta besar, Asisten VI Pangab berpangkat Mayjen, serta Ketua Umum Kosgoro? 
Model Kepemimpinan situasional. Teori ini memiliki kecenderungan terhadap dua hal yaitu konsiderasi dan inisiasi. Konsiderasi merupakan kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan, seperti membela dan memberi masukan kepada bawahan. Sedangkan inisiasi, merupakan kecenderungan pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, dipengaruhi oleh adanya mekanisme kerja yang terstruktur di dalam pelaksanaan tugas. 
Mas Isman seorang yang mempunyai pendirian yang kuat tetapi sangat loyal kepada atasannya, kawan-kawannya dan bawahannya (anggota KOSGORO). Dia sangat menyenangkan dalam pergaulan (mungkin karena dia orang Jawa Timua), kepeduliannya sangat tinggi pada kawan. Pada saat menerima misi Gatot Subroto, sewaktu menjadi Duta Besar di Muangthai, tidak sedikit memberikan bantuan pada koleganya.
Mas Isman bukan hanya meninggalkan nama, tetapi meninggalkan sesuatu yang kongkrit dalam upayanya setelah pensiun dari TNI, lepas dari permasalahan yang ada mungkin tidak bisa dihindari, peninggalan itu riil yaitu gedung KOSGORO, adanya hotel ELMI, dan lain sebagainya.
Mas Isman tidak memperhatikan kesehatannya sama sekali, dia jatuh bangun dan terus berjuang.
Semasa hidupnya di- rumah kediaman jalan Cikditiro 34, semua tamu dan teman-teman seperjuangan diterima dengan baik, bahkan pengurus Kosgoro dari daerah bisa langsung bertemu dikamar beliau tanpa aturan protokoler. Almarhum sangat memperhatikan keadaan keluarga, sangat akrab kepada anak buah terutama kepada mereka yang masih lemah kehidupan ekonominya. Dalam pengelolaan manajemen organisasi, fungsi serta tanggung jawab tugas, dilakukan secara terbuka dan akuntabel. Penempatan pengurus dibahas secara objektif sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikannya.
Model kepemimpinan transformative. Teori Transformasional oleh Burns (1978), menekankan bahwa seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan, Mereka harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan kredibilitas pemimpinnya. Menurut Bass (1988), seorang pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik, dan merupakan peran sentral membawa organisasi mencapai tujuan. 
Dalam buku Peran Historis Kosgoro oleh Ramadhan KH, Suhardiman selaku ketua Umum SOKSI berpendapat bahwa dibawah kepemimpinan Mas Isman berhasil meng-integrasikan kekuatan Tri Karya (Kosgoro, Soksi, MKGR) sebagai pilar utama Golkar. Walaupun dalam format tersebut ada pilar A(bri) B(irokrat) namun pilar O(organisasi dalam Golkar) terutama Tri karya masih dominan mewarnai perjalanan Golongan Karya. Disorganisasi terjadi secara faktual setelah terjadinya pengendalikan Golkar diluar paham 'kekaryaan' sebagaimana dimaksudkan para pendiri. Tiga kekuatan paham tersebut adalah HMI (personifikasi Abdul Gafur), Sosialis (Midian Sirait), Katolik (Cosmas Batubara).
Semua yang dikerjakan Mas Isman sangat monumental, tetapi apakah kepemimpinan Kosgoro setelah 28 tahun pasca Mas Isman, masih melahirkan kepemimpinan situasional dan transformasional, yang juga memiliki serangkaian kompetensi yang bersifat antisipatif, cepat dan komunikatif? Di dalam era perubahan dan era globalisasi sekarang, nampaknya sebuah organisasi kemasyarakatan harus mampu menerjemahkan visi, misi baru untuk berkompetisi secara sehat dan inovatif. Seperti pesan Mas Isman sebelum wafat, kalian janganlah seperti bebek-bebek kalau suatu saat saya sudah tiada. Atau benarkah sinyalemen James F. Bolt (2009), bahwa telah terjadi krisis pengembangan kepemimpinan, karena para pemimpin kita memang missing in action?.
Selasa, 14 Desember 1982, jenazah Mas Isman yang seharusnya di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, atas permintaan keluarga, dikebumikan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, agar lebih dekat dengan rakyatnya. Rencana ibadah Umroh nyaris terlaksana seandainya Alkhalik tidak memanggilnya segera tgl 12 desember 1982, jam 02.12, kembali ke rahmatullah dengan tenang di RS Dr. Soetomo Surabaya. Suasana haru yang menggayut para pelayat semakin diliputi rasa haru yang dalam ketika jenazah di semayamkan di Jl. Cikditiro 34, di rumah kediaman almarhum.
Jenderal Surono, selaku Menko Kesra mewakili Pangab/Menhamkam M. Yusuf, bertindak sebagai Inspektur Upacara. Mengikuti upacara yang berlangsung khidmat, dalam pidatonya Surono mengemukakan bahwa almarhum Mas Isman adalah seorang Tokoh Pejuang Nasional, baik pada masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan selaku komandan Trip di Jawa Timur, maupun dalam masa pembangunan dewasa ini, selaku Ketua Umum Kosgoro. Figur Mas Isman termasuk salah seorang pejuang yang berani, ulet dan tekun dalam mencapai cita-cita perjuangan. Almarhum berani mengatakan yang salahterhadap apa yang disadarinya sebagai suatu kesalahan, dan berani pula mengatakan benar, apa yang dianggap benar. 
Semoga KOSGORO selalu sukses dalam mendidik kader-kader yang mandiri, berkepribadian kuat, yang mengerti nikmatnya kehidupan demokrasi dan yang sanggup dengan kekuatan-kekuatan lain untuk membawa bangsa Indonesia ke masa depan yang sempurna.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1     Kesimpulan
Organisasi KOSGORO yang didirikan dan dipelopori oleh seorang pemimpin luar biasa yakni Mas Isman tidak langsung jadi besar seperti sekarang ini. Semuanya melalui perjuangan yang luar biasa dengan berbagai kekuatan tenaga serta pikiran yang cemerlang dan hati yang tulus tanpa pamrih, serta bijaksana. Didirikan dengan dasar Visi dan Misi yang cukup kuat serta doktrin Tridharma yang hebat.

4.2     Saran
Walaupun Mas Isman telah tiada namun guidance yang ditinggalkan cukup mampu menyelamatkan pandangan, perjuangan dan pegangan hidup KOSGORO, untuk segala situasi dan kondisi. Tridharma yang dijadikan doktrin sekaligus roh (jiwa) KOSGORO bagi anggotanya merupakan senjata ampuh untuk menghadapi kendala-kendala yang kurang sehat, apapun risikonya. Visi dan Misi serta doktrin daripada Organisasi Kosgoro akan tetap tak bernilai tanpa implementasi dalam kehidupan nyata. Dibutuhkan realisasi sikap agar Organisasi Kosgoro dapat memberikan manfaat yang riil bagi masyarakat sekitar sebagai bentuk sikap dalam meneruskan perjuangan “Mas Isman”.


BIODATA PENULIS
1.   Nama                                        : Oman Mansyur
NPM                                        : 201042035
Kelas                                     : Karyawan
Jurusan                                  : Manajemen
Tempat, tanggal lahir                   : Jakarta, 17 Juli 1973
Alamat                                     : Jl. Rawa Bola No. 108 RT 004 RW 07
                                                 Kelapa Dua Wetan Ciracas Jaktim
Hobi                                       : Olah Raga
Email                                      : oman.mansyur@yahoo.com

2.    Nama                                     : Retna Rindayani
NPM                                      : 201042017
Kelas                                     : Karyawan
Jurusan                                 : Manajemen
Tempat, tanggal lahir                 : Cilacap, 08 Januari 1992
Alamat                                  : Komplek Inerbang Jln. Swadaya I
                                             No.105 RT 10/03, Batu Ampar
                                              Kramat Jati-Jakarta Timur
Hobi                                       : Menonton TV & Membaca
Email                                      : retna_rindayani@yahoo.com


DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, Moh. 2000. Kosgoro Akan Dibawa Kemana. Media Kosgoro: Tantangan Kosgoro Di Masa Depan. Edisi: 47. Hal: 18
Media Kosgoro. Bintang Maha Putra Utama untuk Mas Isman. Edisi 27 Hal 6.
Drs. HM. Djonharro. 2011. Mencermati Pedoman Perjuangan Kosgoro 1957. Di sadur dari http://kosgoro1957.net/2011/04/mencermati-pedoman-perjoangan-kosgoro-1957/. Diakses pada hari Jum’at pukul 15.15 WIB.
Drs. HM. Djonharro. 2011. Kosgoro 1957 Garda Depan Pengalaman Dan Pengamanan Pancasila. Di sadur dari http://kosgoro1957.net/2011/06/aburizal-bakrie-kosgoro-1957-garda-depan-pengamalan-dan-pengamanan-pancasila/. Diakses pada hari Jum’at pukul 16.45 WIB.





         

retna rindayani

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

1 komentar:

  1. terima kasih karena telah membantu tugas saya.

    Jaenal Abidin
    mahasiswa kosgoro

    BalasHapus